Micro Farming, Pertanian Urban Berbasis Dinding dan Pekarangan
Gerakan urban farming yang memanfaatkan lahan-lahan sempit di kawasan kota merupakan contoh nyata dari aksi micro farming.
Micro Farming dan Filosofi Sapu Lidi
Budaya berkebun yang saat ini sedang gencar digalakan di berbagai kota, diharapkan bisa memberi perubahan dan harapan baru bagi dunia pertanian yang saat ini sedang mengalami krisis, salah satunya krisi petani yang berdampak juga pada krisis pangan.Mendorong warga untuk berkebun mungkin tidak sulit, hanya perlu upaya-upaya sistematis yang melibatkan peran nyata dari pemerintah, misalnya di Bandung itu sudah terjadi dan mendorong kota tersebut menjadi model kota dengan gerakan urban farming yang cukup merata. Bila berjalan-jalan di perkotaan Bandung, Anda bisa dengan menemukan aneka taman/kebun urban di mana saja.
Apa dan Bagaimana Micro Farming?
Micro farming merupakan upaya kreatif-kolektif untuk mengalih-fungsikan lahan-lahan tidur di rumah sendiri atau di sekitar rumah menjadi lahan produktif. Lahan-lahan kecil yang sekian lama tidak diurus dan terbengkalai dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk keperluan-keperluan yang lebih produktif meskipun itu sekadar lahan berukuran 1x1 meter saja.
Bagaimana Micro Farming Mengubah Lahan Sangat Sempit Menjadi Kebun?
Masalah lahan bukan masalah lagi, kita bisa berkebun dengan teknik vertikultur. Berbekal lahan yang hanya 1x1 meter persegi kita bisa berkebun banyak bila memakai teknik di atas. Tekni vertikultur memungkinkan untuk mencapai kuantitas yang berkali lebih banyak ketimbang pertanian konvensional dan dari segi kualitas pun tak kalah (selama dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang maksimal)
Apa Untungnya Micro Farming?
Ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dengan berkebun skala kecil ini. Pertama, melepaskan ketergantungan pada rantai pasar di mana selama ini produk pangan yang dibeli harus melalui mata rantai panjang yang menyebabkan kualitas pangan telah jauh menurun sementara besaran harga membengkak.
Kebutuhan pangan bisa disingkat dengan memanennya dari lahan sendiri. Selain itu kualitas pangan masih sangat baik karena dituai dalam keadaan segar, dan kita bisa memastikan sendiri bahwa tanaman pangan tersebut dikelola dengan cara-cara yang sehat, ramah lingkungan, dan mungkin bebas kimia.
Bagaimana Memulai Micro Farming?
Langkah nyata yang bisa SEGERA dilakukan adalah dengan SEGERA BERKEBUN. Bila di rumah atau di sekitar rumah terdapat lahan-lahan yang tidak produktif, sebaiknya segera ubah lahan tersebut menjadi lahan produktif.
Bagaimana Bila Tidak ada Lahan Sama Sekali?
Bila benar-benar tidak ada lahan yang memungkinkan, cara pandang tentang lahan bisa kita ubah, bahwa lahan tidak sekadar sehampar tanah/ruang yang datar. Lahan vertikal juga sangat memungkinkan dijadikan area berkebun.
Lagi, saya mencontohkan model urban farming di Bandung. Anda bisa dengan mudah menemukan dinding-dinding gang yang berhias tanaman pangan maupun tanaman hias. Jadi, manfatkan dinding kelabu itu untuk dihijaukan, disegarkan.
Bagaimana Memasarkan Produk Micro Farming?
Memasarkan produk pertanian skala kecil untuk saat ini memang masih "rumit". Di kota Bandung mungkin dikenal dengan adanya gelaran Bandung Agriculture Market, di mana petani kota bisa datang ke sana untuk menjual produk pangan mereka.
Filosofi Sapu Lidi
Kekuatan micro farming terletak pada sifatnya yang komunal dan keserentakan, tanpa keduanya micro farming tidak berarti apa-apa, ia akan tetap berada di sudut paling sepi dunia pertanian. Kekuatan besar dari micro farming ialah kebersamaan, sebagaimana lidi. Satu lidi bisa dengan mudah dipatahkan tapi seratus lidi tak mudah patah tentunya. Perlu adanya wadah, tempat berkumpul petani-petani kecil agar produk mereka bisa menjangkau orang secara lebih luas. Wadah yang bisa diciptakan secara bersama-sama. Masalahnya mau atau tidak mau untuk duduk bersama demi kepentingan bersama?
Di mana "yang besar" tidak gegas jemawa dan selalu terbuka untuk merangkul siapa saja. Begitupun "yang kecil" tidak sekarat sendirian di sudut gelap harapan. :D
Sebagai bocoran, berdasarkan data dari FAO, produk pangan yang diproduksi oleh pertanian micro farming menyumbang 15% dari total kebutuhan pangan dunia. Angka yang cukup besar bukan? Satu lagi, salah satu tanda dari negara/kota yang dirahmati oleh Allah SWT adalah kota/negara yang di dalamnya pohon-pohon pangan tumbuh dan berbuah dengan merdeka, siapa saja bisa memetiknya tanpa harus diteriaki maling.
Tidak ada komentar: