Ode Bagi Perempuan Sedang Berkebun (Pablo Neruda)
Kebermaknaan dan keberadaan manusia di dunia ini harus (tidak bisa tidak/mesti) dilakoni dengan cara-cara "menghuni" alam semesta dari sejumlah objek menjadi "yang bermakna" menjadi yang bermakna melalu proses "dwelling". Sebagaimana berkebun (to graden) yang melibatkan "to cultivate, to plant, to growth" dan seterusnya. Maka maknai dunia ini sebagaimana proses berkebun, mengubah sehampar tanah menjadi derai-derai daun sawi yang hijau. #Halah.
Sekarang kita akan berbagi mengenai berkebun dalam puisi, salah satunya puisi yang ditulis oleh Pablo Neruda dengan judul Ode bagi Perempuan Sedang Berkebun.
Nikmatnya Berkebun, Apa Kata Mereka Tokoh Dunia
Sekarang kita akan berbagi mengenai berkebun dalam puisi, salah satunya puisi yang ditulis oleh Pablo Neruda dengan judul Ode bagi Perempuan Sedang Berkebun.
~ Pablo Neruda
Ya, aku tahu tanganmu adalah rebung merecup,
serumpun lili berdaun perak:
ada yang harus engkau lakukan dengan tanah itu,
dengan bumi yang berbunga,
tapi ketika kulihat engkau menggali, menggali,
mengeyahkan kerikil dan menuntun arah akar-akar
aku tahu seketika itu,
perempuanku yang sedang berkebun,
bahwa tidak hanya tanganmu tapi juga hatimu
telah menyentuh bumi, karena di sana
engkau menciptakan benda-bendamu,
menyentuh kelembaban pintu
melalui jalan di mana benih-benih menebar.
Maka pada jalan ini dari satu tanaman ke yang lain
satu tanaman yang baru saja ditanam,
dengan wajahmu dibekasi ciuman dari tanah liat,
engkau pergi lalu datang lagi memekarkan bunga,
engkau pergi dari tanganmu batang utama tajuk astromeria
membangkitkan sosok sendirinya yang anggun,
mawar mengharumkan kabut di keningmu
dengan wangi dan bintang-bintang embun.
Segalanya tumbuh darimu menembus bumi
dan menjelma jadi cahaya hijau,
daun dan kekuatan engkau mengatakan
apa yang ingin disebutkan oleh benih-benihmu padanya,
kekasihku, perempuan merah yang sedang berkebun:
tanganmu yang berkerabat dengan bumi
dan tumbuh cemerlang adalah kesertamertaan
Cinta, pun demikian adalah air tanganmu bumi hatimu,
memberi kesuburan dan kekuatan pada laguku
kau sentuh dadaku sementara aku terlelap
dan pohon-pohon berbunga dalam mimpiku.
Aku terbangun, membuka mata,
dan engkau telah ada di sisiku
bintang-bintang dalam bayang
yang kelak datang dan terang dalam laguku.
Begitulah, perempuan yang sedang berkebun: cinta kita
membumi: mulutmu adalah tanaman cahaya,
sebuah mahkota bunga, dan hatiku menjaga
di antara akar-akarnya.
( Sajak Terjemahan Hasan Aspahani )
Dalam keterangan lain disebutkan juga bahwa ada sebuah hadits yang mengisyaratkan bahwa berkebun itu sifatnya wajib. "Jika kamu tahu besok akan kiamat dan di tanganmu ada sebiji kurma, maka tanamkanlah!"
Saya Bukan Petani, Kenapa Saya Harus Bertani?
Anda bisa saja mengatakan bahwa bertani bukanlah pekerjaan Anda, tapi bagaimana Anda bisa mengelak bahwa perut Anda dan tubuh Anda, dihidupi oleh saripati bumi yang ditumbuhkan para petani? #NoFarmerNoFood!
Tidak ada komentar: